Sabtu, 31 Maret 2012

Hakikat Sebuah Kehidupan


Hakikat hidup adalah kehidupan yang hakiki. Hidup akan terasa lebih tenang apabila kita berada dalam Naungan-Nya. Berada dalam pelukan Sang Ilahi. Hidup akan lebih indah jika dijalani bersama orang-orang yang kita cintai dan kita sayangi. Terasa hangat bila berada diantara senyuman terkasih dari orang sekitar. Berada pada dekapan hangat insan bernurani.
Terkadang hidup seseorang dapat terasa asing. Seperti dibuang ke dunia luar tiga dimensi yang isinya hanya fatamorgana dunia dan hiruk pikuk keramaian kota nan ricuh dan tak terkendali. Yang dapat membuat bising telinga. Terkadang terlintas keinginan untuk menutup diri karena tak ingin terjerumus ke jurang kekejaman dunia. Tapi setiap manusia harus tetap berjalan sesuai iringan setiap waktu yang berdenting begitu cepat. Terkadang ingin menelusup diantara lorong waktu dan menembus diantara celah-celah kehampaan jiwa. Tapi aku sadar bahwa hidup dapat membuat setiap insan menjadi sosok yang lebih dewasa. Pengalamanpun mengajarkannya.
Sering terucap dari bibir ke bibir bahwa hidup itu pilihan. Memang hidup itu pilihan. Pilihan antara benar dan salah, baik dan jelek, selain itu pilihan untuk hidup atau mati.
Kehidupan memang kejam. Sangatlah kejam. Kerikil dan butiran debupun dapat membunuh setiap insan secara perlahan apabila tidak berjalan dengan seksama. Terkadang hanya dapat menitikkan butiran air mata apabila merasa selalu tersakiti oleh samurai kekejaman dunia. Hanya dapat menangis disela ruang dan waktu. Terpaku pada setiap pergerakkan manusia. Meraba dalam setiap kegelapan alam. Kehidupan merupakan sebuah cerita dalam sebuah novel. Tetapi perbedaannya kita tak dapat menentukan bagaimana kejadiannya. Laksana boneka dalam seonggok cerita yang tak tahu akhir dari cerita itu. Hanya bisa berserah diri kepada Sang Ilahi. Dan pada hakikatnya Hidup adalah untuk mati.

Kamis, 29 Maret 2012

Merindukan Rembulan


Rindu. Mungkin itu yang aku rasakan sekarang. Rasa itu begitu menjelma dalam sanubariku. Yang aku lakukan sekarang adalah mengenang masa lalu. Apalagi mengenangmu. Begitu indah masa masa dimana aku menghabiskan waktu denganmu sahabat.
          Sebuah video yang mengingatkan aku tentangmu. Kamu memang bukan yang pertama menjadi pengisi hati ini sobat, tapi kamulah satu-satunya kenang terindah dalam masa laluku. Aku begitu larut dalam akan perasaan ini. Perasaan yang melebihi dari seorang sahabat.
          Aku masih ingat saat pertama kali kita bertemu. Kau berlari dan menabrakku. Mengesalkan. Tapi waktu itu aku belum begitu mengenalmu. Hanya mengenalmu dari sebuah nama yang tak asing ditelingaku. Naik kelas 8. Dan ternyata kita sekelas. Awalnya kau begitu pendiam. Dan sangat pendiam. Hingga suatu hari kita semakin dekat dan semakin larut akan perasaan ini. Sebuah perasaan yang terlalu manis untuk dilupakan, dibuang, dan semacamnya. Aku tak akan menyebut siapa yang kumaksud. Karena pasti dunia tahu tentangmu. Tentang kisah kita. Semua orang mengira kita lebih dari sebuah persahabatan tapi memang kenyataannya kita adalah sepasang sahabat. Kamu sering menceritakan tentang sosok yang kamu kagumi. Tapi kamu juga tak pernah menyebut nama sosok itu. Kamu berhasil membuatku penasaran. Apakah yang kamu maksud itu adalah aku? Entah aku tak tahu pasti.
          Mungkin kamu masih ingat saat aku terjatuh dan kamu mengulurkan tanganmu. Begitu tak terduga. Kamu memang baik. Kamu mengisi setiap pesan di telpon genggamku. Setiap malam kau membangunkan aku dengan suara telpon genggamku yang berdering yang menerima panggilan darimu. Aku masih ingat saat menelponmu dan ternyata adik kecilmu yang lucu itu mengangkatnya. Suara yang membuat aku ingin tertawa geli. Seperti kebahagiaan yang begitu sempurna. Satu hal yang harus kamu tahu, aku mengagumimu sobat.
          Aku masih ingat saat kita kerja kelompok bersama. Kerja kelompok Geografi lebih tepatnya. Kamu mengeluarkan lelucon-leluconmu yang membuat aku tertawa bahagia. Aku juga masih ingat saat disuruh mencari kelompok matematika. Sebenarnya kamu ingin sekelompok dengan ku kan? Tapi rasa gengsimu mendahului keinginanmu yang sejujurnya sama dengan keinginanku. Aku juga masih ingat saat kamu mengira aku sekelompok study  tour denganmu. Kamu terlihat bahagia. Padahal kita berbeda mata pelajaran. Kamu mata pelajaran sejarah sedangkan aku mata pelajaran ekonomi. Saat itu aku berharap sekali kita bisa se-mata pelajaran. Ternyata kala itu Tuhan tidak berpihak bersama kita sobat.
          Aku masih ingat kebiasaanmu mengupil, buang udara sembarangan. Kamu jorok yaa?! Tapi aku tetap mengagumimu. Aku juga masih ingat kebiasaanmu setiap hari yang membuat aku marah. Kamu sering dengan tidak jelas membelai-belai rambut kesayanganku dari belakang. Dasar USIL. Tapi aku sayang kamu sobat. Aku juga teringat tentang keinginanmu yang begitu ingin sekali menjadi seorang pemain sepakbola, khususnya pemain Persebaya dan pemain TIMNAS. Dan aku masih ingat pemain favoritmu adalah Andik Odang (gelandang persebaya). Aku juga masih ingat saat kamu memberikan permen itu khusus buat aku. Begitu tak disangka. Aku masih ingat saat kamu bela wanita sepertiku ini didepan orang yang mencintaimu setulus hatinya tetapi kamu tidak mencintainya. Terimakasih sobat. Kau Kenangan Terindah. Indah sanubarimu kasih.
          Semua pertanyaan terlontar dari mulut mereka yang tak tahu jelas mengenai hubungan kita. Tak pernah aku ragu akan persahabatan kita yang dibumbui dengan aroma cinta antara kita. Tapi kau berubah semenjak kenal dengan wanita itu yang menyukaimu. Apakah kamu mengerti perasaanku sebenarnya kala itu? Sedih, marah. Inginku marah pada dunia. Tapi aku tak tahu harus bagaimana. Aku pasrahkan saja semuanya. Tetapi rumor yang kudengar kamu tidak mencintainya bahkan kamu tak pernah memperdulikannya. Kita akhirnya semakin jauh dan jauh . Tapi kita masih sering saling tatap dan sapa. Hingga suatu saat kita kembali lagi tapi tidak bisa seperti dulu. Ada jarak , waktu, suasana yang memisahkan kita. Sejujurnya aku bahagia. Sering aku lewat didepan rumahmu hanya untuk menemuimu dan merasakan gelora asmara yang membara dan kau mengumbar senyum. Aku bahagia. Kini kau sudah berumur 17 tahun. Kamu memperingati hari kelahiranmu pada tanggal 13 Desember.  Kita sudah beranjak dewasa. Semoga kau berhasil dan bisa meraih semua keinginanmu. Termasuk menjadi pemain sepakbola. Mungkin saat ini aku hanya bisa mengirimkan salam dan rinduku ini lewat bisikan angin dan terangnya bulan purnama yang menghiasi malam ini. Sekian ceritaku tentangmu. Selamat malam sobat. Aku merindukanmu.

Senin, 19 Maret 2012

Tentangmu (Lelaki Berkumis Tipis)

Mungkin hari ini adalah hari yang paling bahagia bagi seorang wanita sepertiku. Inginku memutar waktu. Inginku menahan waktu dimana aku bersamamu kala itu. Bau harum aroma tubuhmu, masih melekat di hidungku.  Suara bisikanmu masih terngiang di telingaku. Bayangan wajahmu masih terbayang dipikiranku. Tuhan masih mengijinkan aku untuk dekat denganmu. Terima kasih Tuhan.

Kamu.. Iya Kamu.. Kumis tipis menghiasi senyuman manismu. Setiap kata dari ucapanmu begitu manis terucap dari mulutmu. Kau begitu Indah. Kebaikanmu, caramu berjalan, caramu bertutur kata, caramu membuat lelucon membuatku terhanyut akan imajinasiku. Aku terperangkap dalam dimensiku tentangmu. Aku begitu nyaman duduk di belakangmu. Menghirup setiap nafas yang kau hirup. Merasakan getaran disetiap denyut jantungmu. Maukah kamu menjadi sandaran hati ini?

Aku masih teringat saat kau menawarkan agar aku duduk di boncengan sepeda mio merahmu itu. Itu adalah saat pertama kali kita bertutur kata secara langsung. Saat itu kita hampir mati bersama. Untungnya Tuhan masih memberikan kesempatan kita untuk hidup. Disaat itu pula aku menyadari, betapa nyamannya aku berada di dekatmu. Inginku memilikimu. Memiliki atas apa yang kamu miliki. Kau terindah...

Sehari saja kau tak memberi kabar, terasa hampa jiwa ini. Tatapan matamu, begitu indah. Setiap mata memandangmu pasti tak kuat melihat pancaran sinar rembulan yang keluar dari bola matamu itu. Kulit ini mengering, mata terpana ketika melihatmu tertawa. Aku bahagia bisa bertemu dengan sesosok lelaki rupawan sepertimu. Mungkin kamu tak menyadari akan aura yang terpancar disetiap lekuk tubuhmu. Indah.. Memang Indah,

Terima Kasih Tuhan..
Karena Engkau telah menciptakan manusia yang begitu indah kepribadiannya
Karena Engkau telah mempertemukan aku dengan lelaki yang penuh aura sepertinya.
Karena Engkau telah memberikanku kesempatan untuk lebih dekat dengannya
Karena Engkau telah mengirimkan rasa ini padaku, Semoga dia juga merasakan rasa yang sama

Tuhan..
Jika boleh aku meminta,
Aku ingin memilikinya. Memiliki setiap nafas yang bersatu didalam sanubarinya.
Aku ingin membangun jembatan cinta yang menyatukan perasaan kami.
Aku ingin merasakan indah dan pahitnya hidup bersamanya.
Aku ingin menggoreskan setiap langkahku dicatatan takdir kehidupannya.
Aku ingin agar kami bisa bersatu dalam naungan perasaan atas nama cinta.

Minggu, 18 Maret 2012

Pesan Untuk Mereka

Indonesia kini meradang. Indonesia negara yang penuh dengan produksi tikus. Tikus-tikus yang dapat berbuat apa saja semaunya. Semau ‘udel’ mereka. Menikam uang rakyat dengan segala kekuasaannya. Kebiadapan Pemerintah Indonesia telah merajam masyarakat Indonesia kedalam keterpurukan ekonomi yang sangat mendalam.
Para anggota DPR dengan asyiknya duduk di kursi mewah yang berkisar ratusan milyar rupiah. Bukan untuk menyalurkan aspirasi rakyat tetapi untuk menikmati uang rakyat. Sungguh BIADAB!
Kemunafikan muncul diantara mereka. Memuntahkan sejuta kata-kata yang keluar dari suara orang – orang PEMBOHONG! Tolong sedikit dengarkan suara kami. Suara rakyat – rakyat kecil yang berdiri tak berdaya karena tekanan kekuasaan mereka. Kami ini rakyat jelata yang buta akan segalanya. Kebebasan kami di rampas. Sebenarnya Kami atau Mereka yang bodoh? Entah siapa yang bodoh di negara ini. Kami yang hanya rakyat jelata. Yang hidupnya hanya bisa menunggu ajal menjemput dan mengisi waktunya dengan membanting tulang demi sesuap nasi. Atau mereka yang berpendidikan tetapi selalu dahaga akan rupiah. Polemik di negara politik ini tak jua berakhir. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme-pun tak jua berujung. Kapan mafia di negara ini berakhir?
Kami hidup terpasung dalam kemiskinan. Memulung sampah, menjual suara kami di pinggir jalan, terkadang meminta belas kasih kepada orang yang peduli kepada kami. Rawat kami. Beri pengayoman hidup. Gubuk kami sudah reot termakan usia. Rayap-rayappun mulai menggerogoti. Lantai yang terbuat dari tanah. Saat hujan mengguyur, air masuk dalam sela atap bocor. Hidup kami penuh dengan keprihatinan. Meski hidup kami prihatin tapi mengapa para penguasa tetap memperbudak kami dengan mengkorupsi uang-uang yang seharusnya diperuntukkan untuk kami. Ingat para penguasa, TUHAN ITU ADIL. Dan Tuhan akan mengadili orang-orang yang berbuat tidak adil.

Pengorbanan Untuk Radith

Hari Jum’at, 11-11-11 .. Tanggal yang cantik. Tiba-tiba hape gue berdering. Ternyata sms dari Fhany (temen gue). Dia bilang kalo si Radith alias dika alias kambing perform di UBAYA hari ini jam 13.00 dan di GRAMEDIA EXPO jam 19.00. Kita memilih untuk pulang sekolah langsung ke UBAYA. Padahal, kita buta akan jalan Surabaya. Kita nekat.
“fir, ayo kita langsung berangkat aja. Sekarang temenin gue nyari penitipan sepeda.”
“iya ayo gue temenin. Tapi gue nggak tau tempat penitipan sepeda dimana.”
Kita muter-muter nggak jelas dari tadi cuma nyari tempat penitipan sepeda. Dari jalan satu menyusuri jalan lain. Bingung. Hening. Tiba – tiba pikiran gue encer. Gue sarankan untuk nitip sepeda di rumah kakaknya fhany aja. Ya udah dia setuju. Kita menuju ke rumah kakaknya fhany yang terletak di perumahan yang ada di sudut kota wilayah Gresik. Jarak antara jalan raya dengan rumah lumayan (jauh). Abis nyampek dirumah kakaknya fhany, kita jalan kaki untuk ke jalan raya. Jelas terasa capeknya. GAWAT. Jam sudah menunjukkan angka 12.01 . Padahal, acara dimulainya jam 13.00. Kita putuskan untuk nunggu angkot. Lama banget. Dalam hati gue berdoa ‘Tuhan, hamba pengen banget ketemu Raditya Dika. Aku mohon Tuhan. Pertemukan aku dengan dia.’
            Angkotpun datang. Dalam hati gue bersyukur. Guepun naik angkot. Di suatu tempat di Surabaya tiba-tiba angkotpun berhenti. Mungkin untuk menunggu penumpang lain. Gue panik.  Jam sudah menunjukkan pukul 12.30. ‘Tuhan, cobaan apalagi yang harus engkau berikan. Apakah aku harus menelan kekecewaan yang sama seperti aku ingin ketemu sama @poconggg.’ Gue mulai menitikkan air mata pertamaku untuk Raditya Dika. Orang yang suka membuat perut seseorang geli dengan candaannya yang khas. Ternyata gue baru sadar betapa susahnya jadi seorang fans. Semoga para artis / selebriti nggak sombong kalo punya fans banyak. Mereka nggak ngebayangin betapa susahnya jadi fans. Pengen nabok pakek high heels kalo liat artis sombongnya minta ampun.
            Angkotpun berjalan dengan hanya memperoleh 4 penumpang saja. Sekitar jam 13.05, kita turun di JMP. Kita harus naik angkot lagi. Gue panik. Fhany panik. Intinya kita berdua panik. Sudah jam 13.15. Dalam pikiran kita pasti Bang Radith, alias Bang dika udah memulai acaranya. Kita TELAT! Fhanypun sms Ree dan menanyakan apakah acaranya udah mulai apa belum. Ternyata belum mulai. Acaranya mOLoR. Setelah sesi PANIK. Kita sampai di GALAXY MALL. Sesampainya disana kita naik taxi. Sekitar pukul 14.15 kita nyampek di UBAYA yang terletak di salah satu sudut kota Surabaya. Sesampainya disana kita ketemuan dengan Ree di perpustakaan UBAYA. Ternyata acaranya baru dimulai.
“fir, ayo kita beli tiketnya” tukas fhany.
“iya ayo. Tapi belinya dimana? Gue malu. Gue disini seperti anak ayam hilang yang ditinggal ibunya lari entah kemana.” Jawabku.
“kita tanya aja.” Lanjut Fhany.
Kita menuju di salah satu stand di acara itu.
“Mbak, beli tiketnya untuk ketemu sama Raditya Dika dimana ya?” Tanya Ree.
“Langsung konfirmasi ke stand sebelah sana aja dek..” jawabnya.
Kita langsung buru-buru menghampiri stand yang di tunjuk.
“ Mbak kita mau beli tiketnya Raditya Dika.”
“ Kwitansinya mana?”
“kwitansi apa mbak?”
“Kalo pengen ketemu sama Raditya dika harus daftar dulu. Baru setelah itu kita bisa dapat tiketnya.”
MAMPUS.. bener bener MAMPUS gue. Gue kira Cuma beli html nya doang. Ternyata pakek registrasi segala.
“Ya udah kita daftar sekarang aja mbak.”
“Lho nggak bisa dhek.. pendaftarannya sudah ditutup.”
Gue mampus, Fhany mampus, intinya kita berdua mampus
“Nggak bisa dibuka lagi mbak? Cuma untuk kita berdua aja.”
“Waduh nggak bisa dek.. pendaftarannya sudah ditutup dari beberapa hari yang lalu.”
“Gini mbak masalahnya. Kita nggak tahu kalo pakek registrasi segala. Tak kirain cuma beli htmlnya aja.”
“Maaf ya dek,, saya nggak bisa bantu. Lagian sekarang kursinya sudah penuh.”
Gue mulai menitikkan air mata gue yang kedua untuk Bang Dika. Tapi kali ini air mata gue terasa sudah penuh dan ingin membanjiri kota Surabaya agar semua bisa merasakan kekecewaan gue saat itu. Mata gue memerah. Gue udah jauh – jauh dari Gresik hanya pengen ketemu sama Raditya Dika. Gue sudah lama nge fans sama Raditya Dika. Gue berjalan mencari Ree yang pada saat itu sudah terpisah dengan kita. Gue lihat disudut bench terlihat seseorang yang mirip banget sama Ree. Ternyata itu bener Ree.
“Ree, kita nggak bisa masuk. Gue kira langsung beli htmlnya disini. Ternyata pakek registrasi segala. Dan kursinya sudah penuh. So, nggak ada Peluang lagi untuk kita ketemu sama Bang Dika.”
“Lho iya ta? Sebentar gue minta tolong dulu sama Mas Wil . mungkin dia bisa bantu kalian agar bisa ketemu sama Bang Dika.”
“Oh ya.. Usaha-in ya Ree. Gue akan berterima kasih banyak ke Lo kalo seumpama kita beneran bisa ketemu sama dia.”
Gue denger sedikit pembicaraan Ree dan Mas Will. Intinya mereka berdua ngobrol di telpon. Inti dari intinya, mereka berdua ngusahain agar kita berdua (Gue/fira & Fhany) bisa ketemu sama RADITYA DIKA.
            Tiba – Tiba handphone gue berdering (Tuliuiuiuiut) ada telvon dari nyokab. Setelah gue angkat ternyata nggak ada suara alias HENING. Ehh ternyata Handphone gue Low bat dan MATI. Sekarang gantian handphone Fhany yang berdering (wiuwiuwiuw) ada telfon dari nomer tak dikenal. Ehh ternyata itu nyokab gue.
“Fira sayang, kamu dimana?”
“Aku di ehmmm ehmmm..” Jawabku dengan nada ketakutan.
“Kamu dimana? Mama sekarang di Kos..”
“Haaa Di kos? Tidaaaaaaaakk.. Ngapain ke kosku ma?”
“Lho emang nggak boleh mama ke kos? Kamu dimana sekarang.?”
“Aku di UBAYA.”
“Haaa di Ubaya? Ngapain? ” sekarang gantian mama yang Shock.
“Ada acara SEMINAR.”
Tiba- tiba tak ada suara dan ternyata sudah di matiin sama nyokab gue. Emang dari awal gue belum ngomong ke nyokab kalo gue mau ikut seminar. Dalam pikiran gue pasti nanti sampek rumah, gue dimarahin sama Nyokab.
            Tiba-tiba ada yang manggil gue dan Fhany dari belakang. Dia adalah Ree.
“Maaf sekali lagi kita nggak bisa bantu kalian untuk masuk dan ketemu sama Bang Dika. Ohya sekarang gini aja, kalian nulis surat buat RADITYA DIKA dan nanti surat itu gue sampe’in ke dia. Gimana?” kata Ree.
“Gimana ya Ree. Kita udah jauh-jauh dari Gresik kesini Cuma pengen ketemu sama Bang Dika. Lha kalo kita kesini cuma untuk nulis surat ke Bang Dika buat apa? Toh kita sekarang nggak bisa ketemu sama dia” Tukas Fhany.
Dan apa yang gue lakukan sekarang adalah hanya bisa menangis menunggu keajaiban terjadi. Keajaiban dimana Bang Raditya Dika tiba-tiba manggil gue, atau nelpon gue, atau sekedar berbincang – bincang sama gue. NGIMPI!!
“ya udah ya gue masuk dulu. Maaf ya sekali lagi gue nggak bisa bantu.” Kata Ree, mengucapkan kalimat terakhirnya untuk kita.
            Akhirnya kita memutuskan untuk menunggu Bang Dika dengan foto-foto di sudut taman UBAYA. Lamaa banget kita nunggu. Akhirnya kita memutuskan lagi untuk nungguin bang dika ngoceh-ngoceh di dalam ruangan. Empat mata kelihatannya curiga atas keberadaan kami yang (jujur) lagi nguping di deket ruangan itu. Sambil mencuri – curi kesempatan kita sempat melihat wajah bang dika walaupun cuma sekelibatan aja. Jujur kita takut dengan empat mata itu yang dari tadi tak henti-hentinya melihat kami. Saking Takutnya sampek-sampek pagar yang terbuat dari semen pecah alias ‘rompal’ karena mungkin tanganku terlalu kuat memegangnya. Kami kembali ketempat dimana gue dan Fhany hunting foto yang letaknya tak jauh dari ruang seminar itu. Dan akhirnya Bang Dika keluar dari tempat seminar itu dan kemudian langsung masuk mobil yang terparkir didekat tempat kami duduk. Dan lagi lagi kita hanya bisa memandangnya dari jauh. Akhirnya kita memutuskan untuk langsung pulang dari UBAYA. Sangat mengecewakan.
            Sesampainya di kos-kosan gue ditelpon nyokab. Dan nyokab bilang ke gue kalo gue nggak dibolehin nonton MAPASI. Itu semua adalah hukuman untuk gue karena pergi nggak bilang-bilang sama nyokab. SIAL!!!