Aku tetap tidak mengerti dan mungkin tidak akan
pernah mengerti . Mengapa kita bisa dipertemukan disini, ditempat ini. Entah
dari mana aku memulai ceritaku tentang semua ini. Terkadang terasa biasa saja.
Namun terkadang terasa sempurna. Begitu sangat sempurna. Mungkinkah jika hanya
sebuah mimpi dan khayalan akan masa itu. Aku hanya bisa menopang sebuah harap yang
kemungkinan tiada ujungnya, kecuali Tuhan menunjukkan kebesaranNya.
Mungkin hanya sepasang mata bola yang terkadang
tersenyum sipit. Dengan paras yang menurut mata ini mengeluarkan beribu makna
yang tak tahu artinya. Mungkin hanya sebatas pasangan alis tipis menghias
diatas matanya. Hanya sebuah hidung dan bibir tipis yang terkadang dihiasi
senyum kecil. Kulit sawo matang yang dihiasi jam tangan silver melingkar di
pergelangan tangan. Badan tegap berjalan di depan mataku. Hampir sempurna
karena kesempurnaan sepenuhnya hanyalah milik Sang Pencipta.
Maafkan atas semua ini. Atas perasaan kagum yang
menggerogoti dari kepala sampai ujung kaki. Maafkan bila suatu saat nanti benar
benar terjatuh. Maafkan bila suatu saat nanti akan datang sebuah penantian yang
tak tahu arah. Maafkan atas datangnya sebuah impian yang akan terjadi jika Tuhan berkehendak. Tak
akan lelah aku selalu berharap akan datangnya sebuah kenyataan hasil dari
impian tersebut. Akankah? Mungkinkah?
Aku tahu ini semua fana dan tiada arti. Tapi dada
ini begitu sesak melihatnya. Kelopak mata ini seakan tak ingin tertutup. Bibir
ini tak ingin berhenti tersenyum. Tangan ini tak ingin berhenti menopang dagu.
Raga ini tak ingin membalikkan dirinya sendiri. Ingin terjatuh dipundaknya
seraya berkata “Tahukah kau wanita yang terjatuh ini? Wanita yang berdiri di
sampingmu ini? Dia adalah wanita yang memiliki sebuah impian untuk mengisi
kehampaan ruang di jiwamu”.
Tenang, damai, aman, nyaman, bila jarak ini terhapus
sedikit demi sedikit. Bila hayalan ini sedikit terkikis. Bila Dia ibarat sebuah
lembaran kosong. Aku tak akan membiarkan orang lain menuliskan sebuah kalimat
ataupun kata ataupun huruf bahkan hanya sebuah titik yang tak bermakna. Bukan
orang lain. Tapi kutulis sendiri. Bukan hanya sebuah tulisan penuh makna dengan
warna hitam putih. Tetapi akan kutulis dengan tinta warna warni agar lebih
bermakna, mempesona, dan mengesankan.
Mengapa tak pernah habis setiap rangkaian huruf yang
tersusun menjadi sebuah kata dan tergabung dalam rangkaian kalimat yang
tersusun rapi. Yang kutulis hanya untuk Dia yang tak mau kusebut namanya. Aku
berharap dunia tidak pernah tahu tentang hati, jiwa dan setiap pandangan yang
terlintas dimataku tentang sosok yang tak mau kusebut namanya. Biarlah hanya
menjadi sebuah karangan fiktif belaka di otakku yang akan abadi selamanya. Dan
akan kuceritakan suatu saat nanti kepada anak cucuku tentang manusia yang tak
mau kusebut namanya. Sekian tentang sepasang mata bola yang membuat wanita ini
jatuh kedalam khayalan tingkat tingginya.