Minggu, 18 Maret 2012

Pengorbanan Untuk Radith

Hari Jum’at, 11-11-11 .. Tanggal yang cantik. Tiba-tiba hape gue berdering. Ternyata sms dari Fhany (temen gue). Dia bilang kalo si Radith alias dika alias kambing perform di UBAYA hari ini jam 13.00 dan di GRAMEDIA EXPO jam 19.00. Kita memilih untuk pulang sekolah langsung ke UBAYA. Padahal, kita buta akan jalan Surabaya. Kita nekat.
“fir, ayo kita langsung berangkat aja. Sekarang temenin gue nyari penitipan sepeda.”
“iya ayo gue temenin. Tapi gue nggak tau tempat penitipan sepeda dimana.”
Kita muter-muter nggak jelas dari tadi cuma nyari tempat penitipan sepeda. Dari jalan satu menyusuri jalan lain. Bingung. Hening. Tiba – tiba pikiran gue encer. Gue sarankan untuk nitip sepeda di rumah kakaknya fhany aja. Ya udah dia setuju. Kita menuju ke rumah kakaknya fhany yang terletak di perumahan yang ada di sudut kota wilayah Gresik. Jarak antara jalan raya dengan rumah lumayan (jauh). Abis nyampek dirumah kakaknya fhany, kita jalan kaki untuk ke jalan raya. Jelas terasa capeknya. GAWAT. Jam sudah menunjukkan angka 12.01 . Padahal, acara dimulainya jam 13.00. Kita putuskan untuk nunggu angkot. Lama banget. Dalam hati gue berdoa ‘Tuhan, hamba pengen banget ketemu Raditya Dika. Aku mohon Tuhan. Pertemukan aku dengan dia.’
            Angkotpun datang. Dalam hati gue bersyukur. Guepun naik angkot. Di suatu tempat di Surabaya tiba-tiba angkotpun berhenti. Mungkin untuk menunggu penumpang lain. Gue panik.  Jam sudah menunjukkan pukul 12.30. ‘Tuhan, cobaan apalagi yang harus engkau berikan. Apakah aku harus menelan kekecewaan yang sama seperti aku ingin ketemu sama @poconggg.’ Gue mulai menitikkan air mata pertamaku untuk Raditya Dika. Orang yang suka membuat perut seseorang geli dengan candaannya yang khas. Ternyata gue baru sadar betapa susahnya jadi seorang fans. Semoga para artis / selebriti nggak sombong kalo punya fans banyak. Mereka nggak ngebayangin betapa susahnya jadi fans. Pengen nabok pakek high heels kalo liat artis sombongnya minta ampun.
            Angkotpun berjalan dengan hanya memperoleh 4 penumpang saja. Sekitar jam 13.05, kita turun di JMP. Kita harus naik angkot lagi. Gue panik. Fhany panik. Intinya kita berdua panik. Sudah jam 13.15. Dalam pikiran kita pasti Bang Radith, alias Bang dika udah memulai acaranya. Kita TELAT! Fhanypun sms Ree dan menanyakan apakah acaranya udah mulai apa belum. Ternyata belum mulai. Acaranya mOLoR. Setelah sesi PANIK. Kita sampai di GALAXY MALL. Sesampainya disana kita naik taxi. Sekitar pukul 14.15 kita nyampek di UBAYA yang terletak di salah satu sudut kota Surabaya. Sesampainya disana kita ketemuan dengan Ree di perpustakaan UBAYA. Ternyata acaranya baru dimulai.
“fir, ayo kita beli tiketnya” tukas fhany.
“iya ayo. Tapi belinya dimana? Gue malu. Gue disini seperti anak ayam hilang yang ditinggal ibunya lari entah kemana.” Jawabku.
“kita tanya aja.” Lanjut Fhany.
Kita menuju di salah satu stand di acara itu.
“Mbak, beli tiketnya untuk ketemu sama Raditya Dika dimana ya?” Tanya Ree.
“Langsung konfirmasi ke stand sebelah sana aja dek..” jawabnya.
Kita langsung buru-buru menghampiri stand yang di tunjuk.
“ Mbak kita mau beli tiketnya Raditya Dika.”
“ Kwitansinya mana?”
“kwitansi apa mbak?”
“Kalo pengen ketemu sama Raditya dika harus daftar dulu. Baru setelah itu kita bisa dapat tiketnya.”
MAMPUS.. bener bener MAMPUS gue. Gue kira Cuma beli html nya doang. Ternyata pakek registrasi segala.
“Ya udah kita daftar sekarang aja mbak.”
“Lho nggak bisa dhek.. pendaftarannya sudah ditutup.”
Gue mampus, Fhany mampus, intinya kita berdua mampus
“Nggak bisa dibuka lagi mbak? Cuma untuk kita berdua aja.”
“Waduh nggak bisa dek.. pendaftarannya sudah ditutup dari beberapa hari yang lalu.”
“Gini mbak masalahnya. Kita nggak tahu kalo pakek registrasi segala. Tak kirain cuma beli htmlnya aja.”
“Maaf ya dek,, saya nggak bisa bantu. Lagian sekarang kursinya sudah penuh.”
Gue mulai menitikkan air mata gue yang kedua untuk Bang Dika. Tapi kali ini air mata gue terasa sudah penuh dan ingin membanjiri kota Surabaya agar semua bisa merasakan kekecewaan gue saat itu. Mata gue memerah. Gue udah jauh – jauh dari Gresik hanya pengen ketemu sama Raditya Dika. Gue sudah lama nge fans sama Raditya Dika. Gue berjalan mencari Ree yang pada saat itu sudah terpisah dengan kita. Gue lihat disudut bench terlihat seseorang yang mirip banget sama Ree. Ternyata itu bener Ree.
“Ree, kita nggak bisa masuk. Gue kira langsung beli htmlnya disini. Ternyata pakek registrasi segala. Dan kursinya sudah penuh. So, nggak ada Peluang lagi untuk kita ketemu sama Bang Dika.”
“Lho iya ta? Sebentar gue minta tolong dulu sama Mas Wil . mungkin dia bisa bantu kalian agar bisa ketemu sama Bang Dika.”
“Oh ya.. Usaha-in ya Ree. Gue akan berterima kasih banyak ke Lo kalo seumpama kita beneran bisa ketemu sama dia.”
Gue denger sedikit pembicaraan Ree dan Mas Will. Intinya mereka berdua ngobrol di telpon. Inti dari intinya, mereka berdua ngusahain agar kita berdua (Gue/fira & Fhany) bisa ketemu sama RADITYA DIKA.
            Tiba – Tiba handphone gue berdering (Tuliuiuiuiut) ada telvon dari nyokab. Setelah gue angkat ternyata nggak ada suara alias HENING. Ehh ternyata Handphone gue Low bat dan MATI. Sekarang gantian handphone Fhany yang berdering (wiuwiuwiuw) ada telfon dari nomer tak dikenal. Ehh ternyata itu nyokab gue.
“Fira sayang, kamu dimana?”
“Aku di ehmmm ehmmm..” Jawabku dengan nada ketakutan.
“Kamu dimana? Mama sekarang di Kos..”
“Haaa Di kos? Tidaaaaaaaakk.. Ngapain ke kosku ma?”
“Lho emang nggak boleh mama ke kos? Kamu dimana sekarang.?”
“Aku di UBAYA.”
“Haaa di Ubaya? Ngapain? ” sekarang gantian mama yang Shock.
“Ada acara SEMINAR.”
Tiba- tiba tak ada suara dan ternyata sudah di matiin sama nyokab gue. Emang dari awal gue belum ngomong ke nyokab kalo gue mau ikut seminar. Dalam pikiran gue pasti nanti sampek rumah, gue dimarahin sama Nyokab.
            Tiba-tiba ada yang manggil gue dan Fhany dari belakang. Dia adalah Ree.
“Maaf sekali lagi kita nggak bisa bantu kalian untuk masuk dan ketemu sama Bang Dika. Ohya sekarang gini aja, kalian nulis surat buat RADITYA DIKA dan nanti surat itu gue sampe’in ke dia. Gimana?” kata Ree.
“Gimana ya Ree. Kita udah jauh-jauh dari Gresik kesini Cuma pengen ketemu sama Bang Dika. Lha kalo kita kesini cuma untuk nulis surat ke Bang Dika buat apa? Toh kita sekarang nggak bisa ketemu sama dia” Tukas Fhany.
Dan apa yang gue lakukan sekarang adalah hanya bisa menangis menunggu keajaiban terjadi. Keajaiban dimana Bang Raditya Dika tiba-tiba manggil gue, atau nelpon gue, atau sekedar berbincang – bincang sama gue. NGIMPI!!
“ya udah ya gue masuk dulu. Maaf ya sekali lagi gue nggak bisa bantu.” Kata Ree, mengucapkan kalimat terakhirnya untuk kita.
            Akhirnya kita memutuskan untuk menunggu Bang Dika dengan foto-foto di sudut taman UBAYA. Lamaa banget kita nunggu. Akhirnya kita memutuskan lagi untuk nungguin bang dika ngoceh-ngoceh di dalam ruangan. Empat mata kelihatannya curiga atas keberadaan kami yang (jujur) lagi nguping di deket ruangan itu. Sambil mencuri – curi kesempatan kita sempat melihat wajah bang dika walaupun cuma sekelibatan aja. Jujur kita takut dengan empat mata itu yang dari tadi tak henti-hentinya melihat kami. Saking Takutnya sampek-sampek pagar yang terbuat dari semen pecah alias ‘rompal’ karena mungkin tanganku terlalu kuat memegangnya. Kami kembali ketempat dimana gue dan Fhany hunting foto yang letaknya tak jauh dari ruang seminar itu. Dan akhirnya Bang Dika keluar dari tempat seminar itu dan kemudian langsung masuk mobil yang terparkir didekat tempat kami duduk. Dan lagi lagi kita hanya bisa memandangnya dari jauh. Akhirnya kita memutuskan untuk langsung pulang dari UBAYA. Sangat mengecewakan.
            Sesampainya di kos-kosan gue ditelpon nyokab. Dan nyokab bilang ke gue kalo gue nggak dibolehin nonton MAPASI. Itu semua adalah hukuman untuk gue karena pergi nggak bilang-bilang sama nyokab. SIAL!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar